SELAMAT DATANG DI BLOG INI

Rabu, 27 Februari 2013

Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan ke atas kain untuk menahan masuknya bahan pewarna. Dari zaman kerajaan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi agama ke Pulau Jawa, sejak datangnya para pedagang India, Cina, Arab, yang kemudian disusul oleh para pedagang dari Eropa, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam yang dalam perjalanananannya memunculkan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, batik telah hadir dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang melahirkan.
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motik abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Kerajinan Batik ini, di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX.

Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke XX. Dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.

Batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” yang diaplikasikan ke atas kain untuk menahan masuknya bahan pewarna. Dari zaman kerajaan Mataram Hindu sampai masuknya agama demi agama ke Pulau Jawa, sejak datangnya para pedagang India, Cina, Arab, yang kemudian disusul oleh para pedagang dari Eropa, sejak berdirinya kerajaan Mataram Islam yang dalam perjalanananannya memunculkan Keraton Yogyakarta dan Surakarta, batik telah hadir dengan corak dan warna yang dapat menggambarkan zaman dan lingkungan yang melahirkan.
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motik abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari pohon mengkudu, tinggi, soga, nila dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Kerajinan Batik ini, di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke XVIII atau awal abad ke XIX.

Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke XX. Dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.

»»  READMORE...

Rabu, 13 Februari 2013

  • Alat Musik Tradisional Sunda – Karinding

  • Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.
  • Alat musik tradisional karinding ini sangat unik,  selain dari asal daerah pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah disimpan pada tempat bako
  • Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada.
  • Berikut ini beberapa video penggunaan alat musik tradisional karinding, dimana alat musik tradisional karinding ini bisa digunakan dan dikolaborasikan dengan alat musik lainnya baik trad :

  • Alat Musik Tradisional – Tarawangsa

  • Tarawangsa adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang dimainkan dengan cara di gesek. Alat musik tradisional tarawangsa ini keberadaannya lebih tua dari alat musik rebab. Terbukti alat musik tradisional tarawangsa disebutkan dalam naskah kuno abad ke 18 sewaka darma.
  • Alat musik ini dapat ditemui di beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten. Yaitu di daerah Rancakalong (Sumedang), Cibalong dan Cipatujah (Tasikmalaya), Banjaran (Bandung) dan Kanekes (Banten)
  • Walaupun alat musik ini memiliki 2 dawai, namun hanya satu dawai saja yang dibunyikan dengan cara digesek. Selebihnya dawai tersebut dibunyikan dengan dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Tarawangsa sebagai salah satu alat musik tradisional ini sering dimainkan dengan diiringin oleh alat musik sejenis kecapi yang disebut dengan Jentreng.
  • Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain Tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan.



  • Alat Musik Tradisional – Jentreng

  • Jentreng adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat yang dimainkan dengan cara dipetik dan di toel (disentuh). Alat musik ini mirip dengan alat musik Kecapi akan tetapi ukurannya lebih kecil dan hanya memiliki 7 buah senar. Jentreng biasanya dibuat dari kayu kembang kenanga atau dari kayu nangka.
  • Keberadaan alat musik Jentreng ini tidak jauh berbeda dengan alat musik Tarawangsa.
  • Sumber gambar :
  •  Alat musik tradisional – KACAPI

  • Kacapi adalah merupakan alat musik tradisional Jawa Barat. Kacapi merupakan alat musik utama dalam tembang sunda atau mamaos cianjuran.
  • Alat musik tradisional yang merupakan salah satu icon dari Jawa Barat ini dipergunakan dengan cara dipetik. Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kacapi indung (kacapi induk) dan kacapi rincik (kacapi anak).
  • Alat musik kacapi dapat ditemui hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat. Dan sampai saat ini alat musik kacapi masih sering dipergunakan dan dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya orang sunda.
  • Diduga alat musik tradisional kacapi ini sudah ada sebelum abad ke 15, dimana kacapi indung dipergunakan untuk mengiringi pantun sunda.

  •  Alat Musik Tradisional – Angklung

  • Siapa sih yang enggak kenal angklung? alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat ini sudah mendunia, dan tentu saja kita sebagai generasi penerus Bangsa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk melestarikan kebudayaan Indonesia ini.
  • Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyang. Benturan antara badan pipa bambu akan menghasilkan bunyi yang memiliki nada-nada tertentu disesuaikan dengan besaran bambu yang digunakannya.
  • Tidak jelas sejak kapan angklung digunakan masyarakat Jawa Barat, namun dari bentuknya diduga angklung mulai digunakan ketika terdapatnya  kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara. Namun demikian catatan mengenai alat musik angklung ini ada pada masa kerajaan sunda yaitu pada abad ke 12 sampai 16.
  • Kalo sobat kebetulan sedang ke kota Bandung, saya sarankan untuk mengunjungi saung angklung udjo untuk berwisata sekalian mengenal lebih jauh mengenai alat musik angklung ini.

  •  Alat Musik Tradisional – Calung

  • Nah jika angklung digunakan dengan cara digoyang, alat musik tradisional calung ini dibunyikan dengan cara dipukul. Biah bambu yang disusun berjajar ini dipukul ruas-ruasnya sehingga menimbulkan nada.
  • Alat musik calung memang merupakan prototipe dari alat musik angklung. Alat musik ini dibuat dari Jenis bambu untuk pembuatan calungdimana kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
  • Alat musik ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu calung rantay dan calung jinjing. Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir).
  •  Alat Musik Tradisional – Celempung

  • Celempung adalah alat musik yang terbuat dari hinis bambu (kulit bambu)  yang dimainkan dengan cara dipukul. Seperti halnya alat musik tradisional karinding, pukulan pada hinis bambu pada celempung akan menghasilkan resonansi bunyi.
  • Celempung dimainkan dengan 2 cara ; dipukul ( kedua alur sembilu dipukul bergantian, tergantung ritme dan suara yang diinginkan ) dan diolah ( tangan kiri mengatur besar kecil suara yang keluar dari badan celempung ). Suara tinggi diperoleh dengan membuka lebih lebar. Suara rendah dengan menutup rapat lubang. Suara yang dihasilkan celempung bisa beragam, tergantung keahlian pemain.
  • Dari informasi yang kangdede dapatkan dari hasil googling, ada beberapa bentuk dan asal celempung. Namun yang kangdede yakini alat musik celempung yang berasal dari sunda (Jawa Barat) adalah bentuk seperti ini :

  • Dan berikut video yang berhasil saya temukan di youtube. Semoga ikut membuat alat musik celempung ini terus eksis dan tidak punah dari Bumi Parahyangan :
  • Alat Musik Tradisional Sunda – Karinding

  • Karinding adalah alat musik tradisional suku Sunda. Karinding ini berasal dari beberapa tempat di Jawa Barat seperti dari Citamiang, Pasir Mukti, Tasikmalaya, Malangbong (Garut) dan Cikalong Kulon (Cianjur). Di daerah tadi biasanya alat musik tradisional karinding dibuat dari pelepah kawung (pohon aren) sedangkan dibeberapa tempat seperti di Limbangan dan Cililin, kebanyakan alat musik karinding dibuat dari bambu.
  • Alat musik tradisional karinding ini sangat unik,  selain dari asal daerah pembuatan karinding, ternyata pemakai karindingpun mempengaruhi bahan pembuat karinding itu sendiri. Untuk karinding yang dibuat dari bambu digunakan oleh perempuan. Bentuknyapun sedikit kecil dan memanjang, konon alat musik ini juga digunakan sebagai susuk yang diselipkan dalam gelungan rambut pemakainya. Sedangkan untuk karinding yang terbuat dari pelepah kawung digunakan oleh pria. Bentuknyapun lebih pendek agar mudah disimpan pada tempat bako
  • Cara memainkan karinding ini sangat unik, pertama karinding yang memiliki 3 ruas ini didekatkan kemulut. Kemudian salah satu sisinya dipukul dengan jari tangan, dan akibat pukulan tersebut akan menghasilkan vibrasi suara. vibrasi suara inilah yang akan diolah oleh pemainnya hingga menghasilkan nada-nada.
  • Berikut ini beberapa video penggunaan alat musik tradisional karinding, dimana alat musik tradisional karinding ini bisa digunakan dan dikolaborasikan dengan alat musik lainnya baik trad :

  • Alat Musik Tradisional – Tarawangsa

  • Tarawangsa adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang dimainkan dengan cara di gesek. Alat musik tradisional tarawangsa ini keberadaannya lebih tua dari alat musik rebab. Terbukti alat musik tradisional tarawangsa disebutkan dalam naskah kuno abad ke 18 sewaka darma.
  • Alat musik ini dapat ditemui di beberapa daerah di Jawa Barat dan Banten. Yaitu di daerah Rancakalong (Sumedang), Cibalong dan Cipatujah (Tasikmalaya), Banjaran (Bandung) dan Kanekes (Banten)
  • Walaupun alat musik ini memiliki 2 dawai, namun hanya satu dawai saja yang dibunyikan dengan cara digesek. Selebihnya dawai tersebut dibunyikan dengan dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri. Tarawangsa sebagai salah satu alat musik tradisional ini sering dimainkan dengan diiringin oleh alat musik sejenis kecapi yang disebut dengan Jentreng.
  • Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain Tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan.



  • Alat Musik Tradisional – Jentreng

  • Jentreng adalah alat musik tradisional dari Jawa Barat yang dimainkan dengan cara dipetik dan di toel (disentuh). Alat musik ini mirip dengan alat musik Kecapi akan tetapi ukurannya lebih kecil dan hanya memiliki 7 buah senar. Jentreng biasanya dibuat dari kayu kembang kenanga atau dari kayu nangka.
  • Keberadaan alat musik Jentreng ini tidak jauh berbeda dengan alat musik Tarawangsa.
  • Sumber gambar :
  •  Alat musik tradisional – KACAPI

  • Kacapi adalah merupakan alat musik tradisional Jawa Barat. Kacapi merupakan alat musik utama dalam tembang sunda atau mamaos cianjuran.
  • Alat musik tradisional yang merupakan salah satu icon dari Jawa Barat ini dipergunakan dengan cara dipetik. Menurut fungsinya dalam mengiringi musik, kacapi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kacapi indung (kacapi induk) dan kacapi rincik (kacapi anak).
  • Alat musik kacapi dapat ditemui hampir diseluruh wilayah di Jawa Barat. Dan sampai saat ini alat musik kacapi masih sering dipergunakan dan dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya orang sunda.
  • Diduga alat musik tradisional kacapi ini sudah ada sebelum abad ke 15, dimana kacapi indung dipergunakan untuk mengiringi pantun sunda.

  •  Alat Musik Tradisional – Angklung

  • Siapa sih yang enggak kenal angklung? alat musik tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat ini sudah mendunia, dan tentu saja kita sebagai generasi penerus Bangsa mempunyai tanggung jawab yang sama untuk melestarikan kebudayaan Indonesia ini.
  • Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyang. Benturan antara badan pipa bambu akan menghasilkan bunyi yang memiliki nada-nada tertentu disesuaikan dengan besaran bambu yang digunakannya.
  • Tidak jelas sejak kapan angklung digunakan masyarakat Jawa Barat, namun dari bentuknya diduga angklung mulai digunakan ketika terdapatnya  kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara. Namun demikian catatan mengenai alat musik angklung ini ada pada masa kerajaan sunda yaitu pada abad ke 12 sampai 16.
  • Kalo sobat kebetulan sedang ke kota Bandung, saya sarankan untuk mengunjungi saung angklung udjo untuk berwisata sekalian mengenal lebih jauh mengenai alat musik angklung ini.

  •  Alat Musik Tradisional – Calung

  • Nah jika angklung digunakan dengan cara digoyang, alat musik tradisional calung ini dibunyikan dengan cara dipukul. Biah bambu yang disusun berjajar ini dipukul ruas-ruasnya sehingga menimbulkan nada.
  • Alat musik calung memang merupakan prototipe dari alat musik angklung. Alat musik ini dibuat dari Jenis bambu untuk pembuatan calungdimana kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
  • Alat musik ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu calung rantay dan calung jinjing. Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar sampai yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih.Adapun calung jinjing berbentuk deretan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir).
  •  Alat Musik Tradisional – Celempung

  • Celempung adalah alat musik yang terbuat dari hinis bambu (kulit bambu)  yang dimainkan dengan cara dipukul. Seperti halnya alat musik tradisional karinding, pukulan pada hinis bambu pada celempung akan menghasilkan resonansi bunyi.
  • Celempung dimainkan dengan 2 cara ; dipukul ( kedua alur sembilu dipukul bergantian, tergantung ritme dan suara yang diinginkan ) dan diolah ( tangan kiri mengatur besar kecil suara yang keluar dari badan celempung ). Suara tinggi diperoleh dengan membuka lebih lebar. Suara rendah dengan menutup rapat lubang. Suara yang dihasilkan celempung bisa beragam, tergantung keahlian pemain.
  • Dari informasi yang kangdede dapatkan dari hasil googling, ada beberapa bentuk dan asal celempung. Namun yang kangdede yakini alat musik celempung yang berasal dari sunda (Jawa Barat) adalah bentuk seperti ini :

  • Dan berikut video yang berhasil saya temukan di youtube. Semoga ikut membuat alat musik celempung ini terus eksis dan tidak punah dari Bumi Parahyangan :
»»  READMORE...
   

Tingkah laku para Scooterist memang unik  jika memodifikasi motor! Semua yang mereka lakukan selalu bikin mata melirik. Seperti yang dilakukan Ruslan Suryana. Demi wujudkan keinginannya agar Vespa Super miliknya tampil eye cathcing, 12 ekor ayam dihabiskan olehnya.


Tapi, 12 ayam itu bukan buat tumbal atau sesajen, lho. Apalagi, dimakan dan dihabiskannya sendiri. Walah..., ya enggak begitu. "Ayam itu cuma dipakai bulu-bulunya untuk bikin kontur airbrush di bodi. Kalau dagingnya dibagi-bagi ke teman," aku bapak dua anak yang tinggal di Bogor, Jawa Barat ini.

Pakai motif ghost flame dipadu warna candy violet, tiap bulu diletakan di bodi lalu disemprot. Satu persatu, teknik itu dilakukan hingga seluruh bodi terpenuhi motif bulu. Kesan eye cathing juga makin terlihat mewah setelah Ruslan menga-plikasi sespan alias kereta samping di Si Semok. "Sengaja juga pasang itu sespan. Jadi, istri dan anak saya bisa ikut kalo ada acara Vespa,” ujarnya.

Untuk urusan pembuatan sespan, Ruslan dibantu rekannya, Oki Wahyudi owner DOF '04 (Den Oki Production). Intinya mereka ingin memodifikasi yang tidak mengubah wujud aslinya. "Kami kompak, ingin memodifikasi ‘kumbang’ dengan hasil yang rapih dan tidak asal-asalan. Biasanya anak-anak itu kalo ngemodif motor, suka asal-asalan," kata Ruslan yang logat Sundanya kental.

Sespan, dibuat dari fiberglass tebal 5 mm, “Sistem pemasangannya sengaja dibuat knock down. Jadi, kalau Ruslan mulai bosan, sespannya bisa dilepas,” kata Oki yang bengkelnya berada di Jl. Raya Puncak Km 72. Cibogo II, Cipayung, Bogor.

Beberapa penyesuaian kudu dilakukan ketika aplikasi sespan. Soalnya jika Vespa itu diparkir, motor suka 'nyelonong' sendiri. Solusinya kudu dibuatkan rem tangan. Untuk rem tangan, silakan lihat boks ya.

Mantap dong!
Rem Tangan
Kelemahan Vespa yang menggunakan sespan, biasanya suka nyelonong saat motor sedang diparkir. Rem tangan, jadi solusi. Rem parkir ini dibuat Oki dari pipa besi tebal 5 mm dengan diameter 1/2 inci. Pipa tadi dipasangi kabel rem yang disambung ke arah tromol belakang. Tuas rem sendiri, dibuat unik lewat ujung stick golf.
   

Tingkah laku para Scooterist memang unik  jika memodifikasi motor! Semua yang mereka lakukan selalu bikin mata melirik. Seperti yang dilakukan Ruslan Suryana. Demi wujudkan keinginannya agar Vespa Super miliknya tampil eye cathcing, 12 ekor ayam dihabiskan olehnya.


Tapi, 12 ayam itu bukan buat tumbal atau sesajen, lho. Apalagi, dimakan dan dihabiskannya sendiri. Walah..., ya enggak begitu. "Ayam itu cuma dipakai bulu-bulunya untuk bikin kontur airbrush di bodi. Kalau dagingnya dibagi-bagi ke teman," aku bapak dua anak yang tinggal di Bogor, Jawa Barat ini.

Pakai motif ghost flame dipadu warna candy violet, tiap bulu diletakan di bodi lalu disemprot. Satu persatu, teknik itu dilakukan hingga seluruh bodi terpenuhi motif bulu. Kesan eye cathing juga makin terlihat mewah setelah Ruslan menga-plikasi sespan alias kereta samping di Si Semok. "Sengaja juga pasang itu sespan. Jadi, istri dan anak saya bisa ikut kalo ada acara Vespa,” ujarnya.

Untuk urusan pembuatan sespan, Ruslan dibantu rekannya, Oki Wahyudi owner DOF '04 (Den Oki Production). Intinya mereka ingin memodifikasi yang tidak mengubah wujud aslinya. "Kami kompak, ingin memodifikasi ‘kumbang’ dengan hasil yang rapih dan tidak asal-asalan. Biasanya anak-anak itu kalo ngemodif motor, suka asal-asalan," kata Ruslan yang logat Sundanya kental.

Sespan, dibuat dari fiberglass tebal 5 mm, “Sistem pemasangannya sengaja dibuat knock down. Jadi, kalau Ruslan mulai bosan, sespannya bisa dilepas,” kata Oki yang bengkelnya berada di Jl. Raya Puncak Km 72. Cibogo II, Cipayung, Bogor.

Beberapa penyesuaian kudu dilakukan ketika aplikasi sespan. Soalnya jika Vespa itu diparkir, motor suka 'nyelonong' sendiri. Solusinya kudu dibuatkan rem tangan. Untuk rem tangan, silakan lihat boks ya.

Mantap dong!
Rem Tangan
Kelemahan Vespa yang menggunakan sespan, biasanya suka nyelonong saat motor sedang diparkir. Rem tangan, jadi solusi. Rem parkir ini dibuat Oki dari pipa besi tebal 5 mm dengan diameter 1/2 inci. Pipa tadi dipasangi kabel rem yang disambung ke arah tromol belakang. Tuas rem sendiri, dibuat unik lewat ujung stick golf.
»»  READMORE...